Menelaah Teori Kekerasan Simbolik Pierre Bourdieu

Tira Wulan Permatasari (20107020013)
Teori Sosiologi Modern
Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga

Menelaah Teori Kekerasan Simbolik Pierre Bourdieu

Pierre Felix Bourdieu merupakan seorang sosiolog, antropolog sekaligus seorang filsuf besar asal Prancis yang sangat terkemuka sekitar abad ke-20 yang lahir pada 1 Agustus 1930 di Denguin sebuah desa di barat daya Prancis. Pierre merupakan putra seorang pegawai pos desa. Pierre pernah menempuh pendidikan kuliahnya di Cole Normal Superieure disini dia belajar filsafat kepada Louis Althusser yang kemudian membuka pikirannya. Pierre Bourieue sempat mengajar di Lycee, Moulins sebelum akhirnya ia bergabung ke militer dan dikirim ke Aljazair. Di Aljazair Pierre juga mengajar di Universitas Aljir dan melakukan penelitian yang kemudian menghasilkan sebuah karya “Sociologie de l’Algerie” yang membuat namanya melambung. Pierre kembali ke Prancis dan mengajar di Universitas Paris (1960-1961)  dan di Universitas Lille (1961-1964) disini ia mendirikan pusat pendidikan sosiologi pendidikan dan budaya.

Dalam pengembangan pemikiran serta gagasan Pierre Bourdie tidak lepas dari pengaruh beberepa tokoh hebat yang diantaranya Max Weber mengenai sistem simbolik dalam kehidupan sosial dan gagasan mengenai tatanan sosial yang kemudian di transformasikan Pierre ke dalam teori ranah-ranah, Karl Marx mengenai pemahaman masyarakat dan hubungan sosial, Emile Durhkeim mengenai sejarah yang menimbun dalam benda-benda dan institusi dan masyarakat sebagai sumber pengetahuan yang dimiliki individu, selain itu tokoh lainnya yang mempengaruhi Pierre yaitu Maurice Maleau- Ponty mengenai peranan esensial yang kemudian Pierre memperoleh manifestasi utamanya pada teori Habitus Bourdieu dan Wittgenstein mengenai mengikuti aturan (rule-following).

Saya mengenal teori kekerasan simbolik Pierre Bourdieu setelah membaca jurnal yang berjudul “Mekanisme Kekerasan terhadap Perempuan dalam Rumah Tangga Perspektif Teori Kekerasan Simbolik Pierre Bourdieu” dan referensi jurnal serta buku lainnya. Dalam jurnal tersebut menyebutkan bahwa dalam memahami kekuasaan dan kekerasan simbolik juga memastikan dalam memahami peran bahasa sebagai sistem simbol. Maksudnya disini bahasa memiliki peran laten yang seringkali tidak disadari sebagai praktik kekuasaan. Karena dengan menggunakan simbol-simbol bahasa, suatu paham yang terdapat dibalik simbol bahasa tersebut secara perlahan dapat disebarkan walaupun tidak kelihatan. Kekuasaan simbolik merupakan kekuasaaan yang bekerja dari lambang-lambang bahasa untuk menggandeng makna yang diciptakan dari kepentingan mereka yang mendominasi. Namun dominasi kekuasaan simbolik tersebut dapat disembunyikan dengan sangat halus agar tidak terlihat, pada saat itulah praktik kekuasaan simbolik tersebut bekerja. Korban tidak menolak karena korban tidak menyadari bahwa yang terjadi adalah praktik kekuasaan. Oleh karenanya Pierre mengistilahkan apa yang dialami korban tersebut dengan kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik adalah kekerasan yang bentuknya paling halus, kekerasan yang didapatkan para aktor sosial tanpa mendatangkan perlawanannya sebaliknya mendatangkan kesesuaian atau kecocokan.

Dalam pemahaman saya, teori kekerasan simbolik Pierre Bourdieu ini yaitu mekanisme sosial yang bersifat obejktif, dimana agen yang dikuasai dapat menerima begitu saja. Kekerasan simbolik ini merupakan bentuk kekerasan yang paling halus karena dengan kekuasaan simbolik yang mendominasi dapat menggiring agen untuk menjalankan praktik kekuasaan tersebut tanpa agen merasa praktik kekuasaan tersebut sedang terjadi. Kekerasan simbolik pada dasarnya tetap sebuah pemaksaan namun agen atau aktor sosial menganggap yang dominan melakukan tatanan sosial sebagai sesuatu yang adil. Kekerasan simbolik dapat dengan baik menyembunyikan kekerasannya sehingga dapat diterima oleh agen yang menjadi sasaran sebagai hal yang wajar. Kekuasaan simbolik disini juga bentuk dalam modal simbolik. Menurut Pierre Bourdieu modal simbolik yaitu seperti kantor dengan lahan yang luas dan mahal dan dapat juga berupa sesuatu yang tidak terlalu nampak mata seperti gelar pendidikan yang mengkonfirmasi ke otoritasnya.

Contoh dari penerapan teori kekerasan simbolik dalam praktik sosial ini menurut saya seperti dalam melihat atasan dengan karyawannya. Sebagai atasan yang memiliki superior dihadapan karyawannya dan sebagai yang kuasa atas segala sesuatu. Kekuasaan seperti inilah yang kerapkali memposisikan sebagai pihak yang paling dominan dan memposisikan diri sebagai penentu kebenaran atas perilaku karyawannya. Dari dominan inilah sering kali menjadikan kekerasan dalam hubungan atasan dan karyawan seperti membentak, memukul, menghina dan seterusnya. Hal seperti itu dilakukan atasan dengan dalih sebagai bentuk edukasi dan mendisiplinkan para karyawannya dengan tanpa disadari itu semua adalah bentuk dari kekerasan terhadap karyawannya. Respon dari karyawan pun seperti diam, kesal, marah, tersinggung, namun mereka tidak berani untuk membela dirinya atau melawan kehendak dari yang dominan. Mereka cenderung menerima perlakuan semua itu dari atasannya. Nah, hal ini merupakan kekerasan simbolik yang dipraktikkan didalam  hubungan atasan dengan karyawannya, keduanya tidak menyadari jika telah berada di lingkup kekerasan. Sebagaimana teori kekerasan simbolik sebutkan bahwa kekerasan simbolik sering kali tidak dianggap karena tidak dirasakan sebagai suatu hal kekerasan, menerima karna menganggap itu sesuatu yang adil dst.

Referensi 
Arismunandar, Satrio. 2009. Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan
Kekerasan Simbolik. Depok : Universitas Indonesia.

Fatmawati, Nur Ika. 2020 Pierre Bourdieu Dan Konsep Dasar Kekerasan Simbolik. Yogyakarta : Madani

Musarrofa, Ita. 2015. Mekanisme Kekerasan terhadap Perempuan dalam Rumah Tangga Perspektif Teori kekerasan Simbolik PierreBorudieu. Surabaya : ASY-SYIRYAH.

Suharso, Pudjo. 2015. Pemikiran Sosiologi Kontemporer.  Jember : Jember University Press






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menilik Teori Stigma Erving Goffman

Teori Sistem Menurut Niklas Luhmann

Gerakan Sosial Charless Tilly