Teori Konflik Menurut Ralf Dahrendorf

Tira Wulan Permatasari (20107020013)
Teori Sosiologi Modern
Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga

Ralf Gustav Dahrendorf atau biasa kita kenal dengan nama Ralf Dahrendorf, merupakan seorang sosiolog, ilmuwan, politisi sekaligus seorang filsuf yang lahir pada 1 Mei 1929 di Hamburg, Jerman dan wafat pada 17 Juni 2009 di Cologne, Jerman. Sekilas melihat remaja Ralf, ia sebagai anak dari Dahrendorf menjadi pendukung penuh kegiatan anti-nazi. Oleh karena itu selama rezim nazi Ralf dan ayahnya di tangkap dan di kirim ke kamp konsentrasi. Kemudian awal mula perjalanan akademik Ralf di mulai di Universitas Hamburg (1947-1952), lalu gelar doktor sosiologi di London School of Economics (1954). Dalam karirnya Ralf pernah menjabat sebagai komisaris Eropa dan direktur London School of Economics (1974-1984).

Dalam pengembangan ide serta pemikirannya Ralf banyak di pengaruhi oleh tokoh-tokoh hebat pada saat itu seperti Karl Marx, Weber, Karl Popper, Friedrich August Hayek dan Immanuel Kant. Ralf Dahrendorf  dapat dikatakan sebagai penerus dan pengembang dari Teori Konflik Karl Marx, karena dalam teori Ralf adalah modifikasi dari separuh penolakan dan penerimaan teori Karl Marx. Karya Ralf yang paling berpengaruh yaitu Class and Class Conflict in Industrial Society (1959).

Teori Ralf Dahrendorf yang paling fenomenal yaitu teori konflik, seperti halya teori konflik Lewis, Ralf Dahrendorf tidak hanya melihat dari sisi konflik itu saja namun juga pada sisi kerjasama. Saya mengenal teori konflik Ralf Dahrendorf setelah membaca beberapa jurnal serta buku George Ritzer yang berjudul “Sociological Theory”. Dalam buku tersebut menjelaskan bahwa teori konflik Ralf Dahrendorf berorientasi pada struktur dan institusi sosial. Masyarakat memiliki dua wajah yaitu teori konflik dan teori konsesus. Oleh karenanya kita tidak dapat memiliki konflik kecuali ada konsesus sebelumnya. Konflik dalam masyarakat disatukan oleh “hambatan yang dipaksakan” oleh mereka yang memiliki kekuasaan atau otoritas. Dengan demikian beberapa posisi dalam masyarakat didelegasikan kekuasaan dan otoritas atas posisi orang lain. Distribusi otoritas yang berbeda selalu menjadi faktor penentu konflik sosial yang sistematis. Kemudian Ralf juga menjelaskan tentang kelompok, konflik dan perubahan.

Menurut pemahaman saya, teori konflik Ralf Danrendorf ini lebih banyak persamaannya dengan teori fungsionalisme struktural jika di bandingkan dengan teori Marxian. Konflik hanya muncul melalui hubungan-hubungan sosial di dalam sistem, oleh karena itu individu ataupun kelompok yang tidak memiliki relasi dalam sistem tidak mungkin terlibat dalam konflik. Dalam teorinya Ralf Dahrendorf tidak memandang masyarakat sebagai suatu hal yang statis, melainkan masyarakat yang tunduk akan perubahan atau bisa berubah-ubah oleh adanya konflik. Selain itu teori ini menekankan pada peran kekuasaan dalam mempertahankan ketertiban dalam masyarakat.

Contoh dari teori konflik Ralf Darendorf dalam praktik sosialnya seperti yang sering kita lihat di TV mengenai berita konflik buruh dengan perusahaan. Perusahaan yang masuk ke dalam kelompok penguasa atau otoritas ingin tetap mempertahankan kebijakan perusahaan, sedangkan buruh yang bekerja di perusahaan tersebut, yang berada di bawah kekuasaan perusahaan juga ingin adanya perubahan atas kebijakan perusahaan tersebut, mereka tidak ingin kebijakan seperti pemutusan hubungan kerja secara sepihak oleh perusahaan tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menilik Teori Stigma Erving Goffman

Teori Sistem Menurut Niklas Luhmann

Gerakan Sosial Charless Tilly